Token of Gratitude – Citilink

citilink1

Pic from Wiki

Weekend bersama keluarga ke Bali minggu lalu bukan pertama kalinya gue naik Citilink. Beberapa weekend off dan jalan-jalan keluarga, gue naik Citilink….

Oh, sebelum kalian protes bawa-bawa spanduk, gue mau bilang bahwa gue ngga dibayar sama sekali sama Citilink untuk bikin postingan ini. Postingan ini terlahir karena gue baru aja mengalami excellent service.


Perjalanan pulang gue dari Denpasar ke Cengkareng biasa-biasa saja. Penerbangan lancar, walau pesawat beberapa kali sempat berguncang karena cuaca yang kurang bersahabat. Gue memilih untuk mengerjakan ilustrasi via photoshop setelah pesawat lepas landas. Bokap dan adik-adik gue membeli minuman dan cemilan saat kereta dorong makanan lewat, sementara tawaran pramugari cantik berambut pendek sebahu untuk membeli makanan dan minuman gue tolak dengan halus.

Ngga lama setelah gue menutup laptop, terdengar pengumuman dari pilot bahwa pesawat akan segera mengurangi ketinggian dan menyentuh landasan terbang. Gue pun merapikan laptop dan semua peralatan menggambar. Di sudut mata gue, gue melihat Fadhil, bokap, dan nyokap, melakukan hal yang sama di seat A, B, C. Setelah beres, gue menaikkan sandaran kursi, dan memejamkan mata.

Pesawat mendarat dengan mulus di landasan pacu yang rupanya basah karena hujan. Pesawat taxi selama beberapa saat, sebelum akhirnya berhenti dan para penumpang dulu-duluan berdiri untuk mengambil barang di kompartemen kabin. Gue keluar duluan, dan mempersilahkan adik-adik, serta bokap gue untuk jalan duluan. Nyokap mengambil tasnya dari lantai di bawah tempat duduk, untuk kemudian mengikuti barisan.

Singkat cerita, gue dan keluarga akhirnya meninggalkan Soekarno-Hatta menuju rumah. Gue hamper terlelap di mobil ketika ribut-ribut terdengar di kursi belakang. Rupanya hape nyokap gue ngga ada di tas.

Usut punya usut, sepertinya hape ini jatuh di flight QG 835 yang baru saja gue tumpangi. Membaca hasil pencarian google mengenai lost and found Citilink gue menjadi skeptic bahwa hape nyokap bisa ditemukan kembali. Namun hingga sampai rumah, nyokap berkali-kali meminta gue untuk coba menelepon pihak lost and found. Akhirnya gue pun menurut dan mencoba, walau masih dengan skeptisme yang tinggi.

Pertama, gue menghubungi lost and found bandara Soekarno Hatta. I can still remember, mbak-mbak yang ngangkat teleponnya namanya mbak Vivi. Gue menyebtukan flight gue, seat nyokap, dan spesifikasi hape nyokap. Setelah menerima informasi dari gue, Mbak Vivi bilang dengan ‘meyakinkan’ bahwa dia akan segera menghubungi pihak Citilink untuk mengkonfirmasi apakah hape nyokap gue diserahkan pada lost and found saat flight gue mendarat.

Ngga lama, mungkin karena ngga sabaran juga, gue menelepon lost and found yang kembali diangkat oleh Mbak Vivi. Rupanya hape nyokap gue ngga ada di lost and found dan pihak citilink pun ngga menemukan hape nyokap gue tersebut. Mbak Vivi ini bilang bahwa ia akan menghubungi gue lagi saat ada kabar dari pihak Citilink.

Namun Mbak Vivi ngga pernah nelepon gue (halah). Hingga akhirnya hampir tengah malam, gue menepon untuk ketiga kalinya ke pihak lost and found.

Rupanya Mbak Vivi udah ganti shift dengan mas siapa yang gue ngga inget namanya dan bilang bahwa mungkin konfirmasi ini agak lama karena pesawat GQ 835 sudah bertolak ke Surabaya. Malam itu gue pergi tidur dengan hati tidak tenang. Sebagian penasaran, sebagian skeptis, namun sebagian masih berharap bahwa hape nyokap gue yang hilang ini bisa ketemu lagi.

Pukul satu pagi, hape gue berdering. Sebuah nomor tak dikenal menelepon. Gue mengangkat telepon, mendapati suara mas-mas tadi diujung sana. Sebuah berita gembira bahwa ternyata hape nyokap gue ditemukan awak kabin Citilink Surabaya. Gue diberi tahu bahwa hape nyokap gue bisa diambil kembali di bandara Soekarno Hatta secepatnya, secepat ada pesawat lagi yang bertolak dari Surabaya ke Jakarta. Gue kembali tidur dengan perasaan yang lebih ringan.

Esoknya janji pihak Citilink terpenuhi. Pukul delapan pagi, nomor tak dikenal kembali menelepon gue dan memberi kabar bahwa hape nyokap gue sudah kembali ke Jakarta lagi. Nyokap gue segera berangkat ke bandara Soekarno Hatta.

Proses pengambilannya mudah, kata nyokap gue. Tinggal pergi ke Terminal 1, bagian lost and found, menyebutkan nama, memperlihatkan identitas, menyebutkan flight dan seat, dan petugas di sana langsung melayani.

Akhirnya hape nyokap gue yang telah bertolak ke Surabaya kembali lagi ke tangan nyokap dalam waktu kurang dari 24 jam. Gue bener-bener amazed dengan pihak Citilink yang begitu cekatan mengurus hal-hal seperti ini. Gue ngga yakin sih, kalau gue naik maskapai kain, terutama yang depannya L, belakangnya N, tengah-tengahnya IO, hape nyokap gue bakal balik lagi.

So, I dedicate this post to Citilink and all its crew that helped my mom get her phone back. Cheers to you all. You’ve got yourself one now-loyal and happy customer.

This entry was posted in Cerita, Review, Thoughts and tagged , , , , , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

Leave a comment